.post-body { line-height:1.8em; letter-spacing: 0.1px; Word-spacing:0.5px; }
Latest Updates

Kemuliaan Wanita Dalam islam

Muslimah memiliki karakter yang dibentuk dari paling tidak oleh dua kemuliaan berikut : 
(1) Aspek jasmaniah dan 
(2) nilai keagamaan yang dianut. 

Kedua hal ini yang kemudian menjadikan muslimah sangat berbeda dengan wanita-wanita non muslim. Melalui aspek jasmaniah, melahirkan suatu penampilan fisik yang mencerminkan nilai syariah; mulai dari penetapan jilbab sebagai cara berbusana, tidak bertabaruj dalam pergaulan, tidak berkomunikasi bebas dengan seorang lelaki kecuali apabila telah menjadi suaminya, hingga ke tata cara yang lebih prinsipil dan monumental, misalnya cara berumahtangga, mendidik anak, dan bermasyarakat. Sedangkan pada segi nilai keagamaan, dicirikan pada tatacara beribadah kepada Allah SWT, tingkat ketaqwaan yang dapat diraih, hingga menjadi tauladan bagi manusia-manusia lain di dalam kehidupan di dunia. 

Berdasarkan karakter yang dimiliki para muslimah, maka diperoleh sejumlah kemuliaan sebagai berikut. 
1. Selaku Perhiasan Dunia Kehadiran wanita mempunyai peran dan pengaruh tersendiri di dalam kehidupan dunia. Akibat dari struktur jasmaniah, pola perilaku yang dimiliki dan kemampuan memperoleh segala sesuatu, mereka hadir memberi suasana tersendiri dan memiliki kelebihan tersendiri. Karenanya kemudian Islam memberikan posisi kepada muslimah, bahwa dirinya adalah perhiasan dunia (mata’un dunya). 
Terkait dengan wanita sebagai perhiasaan dunia, hendaknya memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut : 

a. Sebuah tantangan dalam kehidupan Melalui posisi wanita sebagai perhiasan dunia, maka timbullah konsekuensi logis bahwa hal tersebut merupakan sebuah tantangan dalam kehidupan. Betapa tidak, selaku perhiasan dunia, muslimah dituntut untuk membuktikan sekaligus untuk mempertahankannya. Sehingga, kehidupan dunia sejalan dengan kehendak Allah SWT, dan sesuai dengan karakteristik suci yang dimiliki pribadi-pribadi taat kepada-Nya semata. Muslimah diminta untuk benar-benar mewujudkan, bagaimana bentuk dan penjabaran dari kehidupan yang harus dijalani. Baik yang bersifat langsung ataupun tidak langsung, dalam pelbagai aspek kehidupan. Kadang-kadang hal tersebut, membuat mereka merasa sangat berat dan ingin meninggalkannya. Padahal untuk dapat melaksanakan hal tersebut, Allah SWT telah menyediakan beragam fasilitas dan cara, agar dapat dengan mudah dan bermanfaat dalam mencapainya. 

b. Posisi di persimpangan jalan Tidaklah ringan memikul suatu kehormatan. Apalagi dikaitkan dengan dimensi keagamaan, ketuhanan, dan kemuliaan hidup. Demikianlah yang dialami oleh muslimah dalam kedudukannya selaku perhiasan dunia. Sementara di sisi lain, selain adanya pengaruh eksternal yang demikian deras menggoda, ternyata dorongan-dorongan yang bersifat internal sering muncul. Akibatnya, muslimah sering berada di persimpangan jalan. Belum lagi jumlah wanita yang tidak ingin diberikan penghormatan selaku perhiasan dunia, sangatlah banyak dan terlihat enak kehidupannya dari pada muslimah yang senantiasa berupaya untuk mewujudkannya sebutan perhiasan dunia. Dalam hal ini, paling tidak ada beberapa aspek yang dapat dijadikan penyebab. Pertama, antara wanita dengan keindahan kehidupan dunia tidak dapat dipisahkan; sementara kehidupan dunia adalah permainan, kesenangan yang memperdayakan, dan senda gurau belaka. Kedua, manusia mudah dipengaruhi oleh posisi mayoritas, sehingga dalam kehidupan nyata yang tengah dialami, ukuran jumlah akan membuatnya berpaling dari hakikat dan tergeser ke dalam hal-hal yang bersifat sementara dan menyesatkan. 

c. Ketaqwaan sebagai indikasi Taqwa adalah sebuah nilai puncak bagi suatu tujuan, ukuran, dan kerangka kehidupan manusia di dalam Islam. Dengan demikian maka akan membuat sangat sedikit orang yang dapat mencapainya. Inilah pula yang dijadikan indikasi, bagi setiap muslimah di dalam kedudukannya selaku perhiasan dunia. Ketaqwaan ini merupakan sekumpulan sikap dan perilaku yang terbentuk secara holistik, juga didasarkan kepada nilai dan tingkat keimanan dengan secara bersinambung diuji berulang kali, bahkan dapat dijadikan sebagai tolok ukur mengenai kualitas kehidupan yang diraihnya. Maka melalui definisi taqwa, yaitu menjalankan semua perintah-Nya, akan tampak jelas di dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Karenanya, setiap muslimah akan mudah dilacak dan diamati, sejauh mana ia telah berfungsi selaku perhiasan dunia 

2. Kesempatan melakukan amal bagi kehidupan Sangat banyak dan sulit untuk dapat disebutkan secara persis, berapa dan bagaimana sumbangan yang dapat diberikan oleh muslimah bagi kehidupan. Tidaklah belebihan andaikata harus disebutkan, bahwa tidak ada artinya kehidupan ini tanpa kehadiran para muslimah. Secara umum bentuk-bentuk sumbangan yang dapat diberikan oleh kaum muslimah, terbagi menjadi paling tidak 4 (empat) klasifikasi, yaitu: 

 a. Pendamping seorang suami Haruslah dapat dibedakan antara suami dengan lelaki. Lelaki masih bersifat umum dan dibatasi oleh sejumkah ketentuan antara halal-haram. Sedangkan suami adalah sosok manusia yang telah memiliki kemampuan melaksanakan amanah dari Allah SWT untuk dapat menjadi figur yang dapat mengokohkan eksistensi kelembagaan rumah tangga. Dikarenakan posisi semacam itu, suami akan berhadapan dengan sejumlah tanggung jawab dan konsekuensi. Betapa besar dan berat resiko yang akan dihadapinya kelak. Untuk itu tidak pelak lagi, muslim membutuhkan bantuan yang paling tidak dapat menyelami lautan permasalahan yang didihadapinya. Sosok yang dapat berbuat seperti itu, hanya akan dapat ditemukan pada figur seorang muslimah yang menjadi istrinya. Ialah yang begitu sangat dekat dan hampir senantiasa bersama-sama. Belum lagi ia adalah pribadi yang dapat mengetahui tentang hal ihwal suaminya. Dengan demikian, keberadaan muslimah dan perhatian yang diberikan kepada suaminya, merupakan sejumlah sumbangan yang secara minimal membuat suami merasa tidak sendirian mengahadapi sejumlah tanggung jawab dan konsekuensi sebagai kepala keluarga. Belum lagi andaikata muslimah sebagai istrinya, turut mengambil alih sebagian dari apa yang diterima suaminya sebagai tugas kehidupan. Sehingga sangat wajar andaikata kemudian sering disebutkan, bahwa muslimah sebagai seorang istri adalah sosok yang berdiri di belakang layar terkait kemampuan dan keberhasilan suami, dalam menanggulangi segenap tugas yang dipikul pada pundaknya. Lebih jauh, sumbangan-sumbangan yang dapat diberikan muslimah kepada suaminya adalah sebagai berikut : Pertama, membantu mewujudkan keutuhan diri selaku seorang lelaki dan kepala keluarga. Kedua, menemukan pemuasan terhadap pelbagai hasrat dan kebutuhan, yang harus dipenuhi sebagai manusia karena berjenis kelamin lelaki. Ketiga, memperoleh jaminan tentang kelangsungan hidup dan masa depan melalui keturunan yang lahir. Keempat, menunjang dalam menduduki posisi-posisi tertentu di masysrakat dan atau pemerintahan. 

b. Perawat anak-anak Tidak dapat disangkal lagi oleh siapa pun, andaikata dari pernikahan dan kehidupan berumahtangga, lahir anak-anak sebagai keturunan yang syah dan suci. Maka sosok yang yang paling awal merasakan, merawat, membesarkan, mendidik, dan berkorban adalah ibu atau istri dari ayah kandung bagi anak-anak tersebut. Kehadiran anak-anak dan keberadaan mereka di antara sepasang suami-istri dan rumahtangganya, demikian berarti dan tak ternilai harganya. Mereka bagaikan intan atau mutiara, yang senantiasa disimpan secara ektra hati-hati dan senantiasa dilindungi, diawasi, dirawat dan menjadi kebanggaan yang tiada habis-habisnya. Tentunya menumbuhkan sejumlah konsekuensi dan tanggung jawab. Untuk itu, anak-anak harus memperoleh perhatian dan kasih sayang, supaya mereka terus tumbuh secara baik sejalan dengan harapan orang tuanya, sesuai dengan kedudukan dan peranan yang diterima dalam keluarganya. Dalam melaksanakan berbagai tugas dalam merawat anak-anak, muslimah kembali tampil secara utuh. Betapa besar andil yang diberikan dalam perawatan anak, yang sebagian di antaranya adalah: Pertama, mengandung dengan masa yang panjang, beban yang kian memberat, pelbagai kesulitan yang ditemui, dan berada pada saat-saat kritis dalam kehidupan. Kedua, menyusui, merawat, mengasuh, mendidik pada waktu yang sangat lama. Ketiga, melepaskan anak-anak untuk bersama-sama suami atau istrinya. 

 c. Penghangat rumah tangga Sebuah keluarga inti terdiri atas seorang suami, istri, dan anak. Dalam hidup berumah tangga, tentu terdapat sejumlah tugas yang harus dilaksanakan oleh anggota yang hidup dalam keluarga tersebut. Untuk itu, muslimah selaku seorang istri dituntut untuk banyak berada di dalam rumah, dikarenakan beberapa pertimbangan: Pertama, kehidupan rumah tangga yang eksistensinya sangat tampak dalam rumah tinggal, paling tidak membuat ada seseorang yang banyak berada di dalamnya, sebagai petunjuk yang menggambarkan keberadaan rumah tangga tersebut. Kedua, buah berumah tangga yang antara lain menuntut fasilitas perawatan yaitu satu dan atau lebih seorang anak, mesti didampingi sosok pribadi yang paling dekat dengan mereka yaitu ibu kandungnya. Ketiga, wakil keluarga yang paling cocok dan pantas bagi aktivitas interaksi, dalam kondisi tanpa ikatan yang ketat, sehingga dapat mendukung suasana kekeluargaan yang semarak, karena dilakukannya di rumah tinggal sebagai tempat yang representatif. Melihat posisi-posisi sebagaimana telah disebutkan di awal, demikian besar sumbangan yang kelak diberikan oleh muslimah selaku seorang istri, andaikata ia lebih banyak waktu dan perhatian kerumahtanggaan dalam pengertian fisik ialah rumah tinggal. Sehingga suasana keluarga akan senantiasa hidup, dinamis, dan hangat. Jadi, akan sangat janggal, jika kehidupan rumahtangga atau keluarga yang tidak memiliki istri dengan mempunyai banyak perhatian terhadap urusan-urusan yang tumbuh di dalamnya. 

d. Pengokoh ummat Apabila seorang muslimah atau muslim telah melakukan pernikahan dan berumah tangga, maka ia sebenarnya bukan saja memenuhi kebutuhan normal yang dimiliki. Juga telah melaksanakan hal-hal yang secara tidak langsung mengokohkan eksistensi ummat. Sebab, ia telah mampu menghindari sebagian ekses dari kehidupan tanpa menikah dan berumah tangga. Akibat dari seorang muslim terutama muslimah, yang menjadi pilar rumah tangga, ia telah mempersempit peluang tumbuhnya kemaksiatan dan pelanggaran terhadap hukum-hukum Allah SWT. Apabila terjadi perzinaan misalnya, maka sendi-sendi kemasyarakatan akan luruh dan bangunan ummat Islam akan menjadi porak poranda. Apabila muslimah telah mengikhlaskan diri menjadi seorang istri, dan kemudian menjadi ibu dari anak-anak kandungnya. Sebenarnya ia telah menciptakan struktur dan konstruksi ummat Islam yang kian kokoh, dengan paling tidak menambatkan pengikat dengan tali yang sangat kuat dan suci serta menggandakan jumlah unsur individu dalam ruang cakupan ummat Islam. 

sumber : http://lsi.unisba.ac.id/index.php/makalah/makna-wanita

0 Response to "Kemuliaan Wanita Dalam islam"

Posting Komentar